Antara aku , kamu , bekas pacarmu dan facebook


Antara aku , kamu , bekas pacarmu dan facebook.

Di warung pojok di sudut kampungku , pagi itu tumben ramai sekali. Kulihat dari jauh sudah banyak yang sarapan pagi, ada yg sekedar ngopi sambil gayeng ngobrol dg teman sebelahnya. Ada juga yang serius baca koran pagi. Akupun masuk warung, kupesan sarapan nasi pecel pincuk sambelnya campur (sambel pecel ditambah sambel tumpang). Kucari tempat duduk yang kosong disamping temanku yang sedang serius baca koran.

“Ono brita opo bos ?” (ada berita apa bos) , tanyaku sambil ngunyah peyek yg renyah kriuk…
“Iki lho…Facebook haram jarene ! “ (ini lho…Facebook haram katanya), jawabnya dengan mbesengut (ketus), nggak tahu yg di-mbesenguti siapa.
“Wah kok ngono, mosok tho haram, opo sampean salah tafsir paling, biasane sampean kan ga tertarik karo dunia sing berbau komputer ”(wah kok begitu,masak sih haram,apa kamu salah menafsirkan mungkin, biasanya kamu kan tidak tertarik dgn duni yg berbau komputer), sambungku atas keluhannya.

“Iyo betul bos, aku ancene gak doyan komputer. Tapi sakjoke aku kenal Facebook, aku kedanan, gandrung gak ketulungan. Mbendino aku nyang warnet sebelah iku, ngecek wall, gojekan karo konco-konco lawasku, eh mbok menowo oleh jodho ning facebook. ” (Iya betul bos, aku memang tidak antusias dg komputer. Tapi sejak aku kenal Facebook, aku keranjingan, senang sekali. Tiap hari aku ke warnet sebelah itu, ngecek wall, bercanda dg temen2 lamaku, eh siapa tahu dapat jodoh di Facebook. )
“Betul mas, tapi gara-gara facebook aku jadi putus sama pacarku. Sekarang sudah jadi mantan pacar. Jadi sampean harus hati-hati juga kalau sudah dapat jodoh di facebook. Jangan gara-gara facebook kayak aku merana begini”, jawab temenku berkelu kesah yg masih kuliah sambil cengar cengir garuk-garuk rambutnya yg sebenarnya ga gatal itu.
“Weleh..weleh…gak onok po gak enek pe lha kok di Haramne karo ulama-ulama iki “ (tidak ada apa-apa kok diharamkan oleh ulama-ulama ini), sambungnya lagi sambil ambil nafas dalam-dalam.
“Sabar Bos ! Coba dibaca lagi tho…Koran kalo ngasih judul memang yg singkat tapi terkesan pedas. Tapi isinya belum tentu sepedas judulnya. Supaya laku kan”.
, jawabku sambil makan nasi pecel.

Obrolan itu pun masih berlanjut sampai ada teman-teman yang disebelahnya nimbrung ikut urun komentar. Kebeluan dari semua yang makan di warung itu punya Facebook. Ada yang bekerja sebagai sales, ada yang kerja di counter HP, ada yg jadi PNS, ada yg makelar motor, ada yang masih kuliah/sekolah, ada yang masih nganggur, ada juga yang caleg gagal. Hmm, kulihat dan kudengar semua teman-teman sudah punya id facebook. Tak terkecuali penulis :D
Kalau kemaren masih ramai soal antasari , sekarang ramai ngobrolin facebook haram. Yah namanya juga berbagai latar belakang profesi, pembahasan tidak ada pangkal dan tidak ketemu ujungnya. Namun tidak sampai ribut kayak bonek walopun beda pendapatnya. Facebook tetap facebook, pendapat atau nasihat ulama tetaplah biar menjadi nasihat yang baik bagi masyarakat. Tidak ada salahnya ulama memberikan nasihat. Terlebih ada yang memberikan teladan bagaimana memanfaatkan facebook ke jalan yang benar. Logikanya sama dengan suatu barang yg apabila disalahgunakan jg masuk nilai-nilai yg dilarang agama. “Sarung yang sering buat sholat bisa haram !!! ”, terang salah satu temen di warung. “Lho kok gitu kang, ojok ngenek-ngenek lho sampean !”, jawab yg lain.

“Misalnya begini, di satu daerah rata-rata mata pencahariannya adalah produsen perajin sarung semua. Ya sarung yg kita buat sholat itu. Usaha mereka dibiayai oleh bank dg bunga tertentu. Terus ada terjadi krisis ekonomi sehingga pesanan sarung menurun dan hutang harus tetep dibayar. Akhirnya gali lubang tutup lubang. Sampai suatu saat ada yg stress sampai habis hartanya buat melunasi hutang-hutangnya. Dan akhirnya yg tidak tahan dg cobaan itu mereka bunuh diri dg sarungnya itu. Semakin hari semakin banyak yg bunuh diri dg sarung itu diwilayah itu.”. Jelas salah satu temenku dg nada yang berapi-api memberikan suatu contoh. “Apakah sarungnya yg haram ? apakah banknya yg haram ? “, sambungnya lagi dengan nada tanya.
Fenomena Facebook memang saya akui hebat, bak gempa tsunami yang menggetarkan seluruh kawasan benua sampai masuk ke relung-relung waktu setiap individu. Tidak ada fenomena teknologi informasi yg segencar facebook. Dulu jaman chatting yahoo messenger atau mIRC, tidak ada artis yang bangga dengan ID Ymnya. Jaman Friendster, tidak ada yang antusias mengedarkan Idnya. Tidak sampai dibahas di televisi atau koran lokal. Lha Facebook ini dibahas , dikupas tidak habis-habisnya mulai dari radio, televisi, koran nasional, koran lokal, koran online. Bahkan segi segi politik, hukum, pendidikan, perdagangan, entertainment, rumah tangga masuk ke Facebook. Dan semua kalangan profesi seolah oleh hampir disentuh facebook sampai-sampai para ulama ada yang turun gunung untuk menyikapi fenomena ini. Terlepas dari manfaat dan penggunaan Facebook, saya salut dengan si pencetus Facebook ini.
Facebook adalah salah satu hasil dari buah karya manusia untuk menjalin pertemanan. Manusia diberi otak dan akal, dan jangan lupa masih ada hati. Tinggal bagaimana seseorang menyikapi, memanfaatkannya. Dunia akan terus berkembang, seperti apa nantinya kita juga tidak mengetahuinya. Masing-masing dari kita saling nasihat menasihati adalah sesuatu yg dianjurkan agama.

SIAKAD

SIAKAD
Sistem Informasi Akademik

Hit Counter


View My Stats

Simpeg

Simpeg
Sistem Informasi Kepegawaian

SIMPAU

SIMPAU
Sistem Informasi Perijinan Angkutan Umum